Oleh
Suharyanto
Apakah yang terpikir oleh anda bila membaca atau mendengar kata ‘seronok’? Saya yakin sebagian besar kita akan berasosiasi dengan sesuatu yang bermakna negatif. Seronok dimaknai sebagai sesuatu perbuatan, tindakan, dan perilaku yang tidak pantas, tidak patut, tidak sopan, dan tidak senonoh. Seronok juga diasosiasikan dengan sesuatu yang mengarah pada kecabulan. Inilah yang kebanyakan kita mengasosiasikan atau memaknai kata ‘seronok’.
Benarkan demikian sebenarnya? Mari kita tengok pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sebagai kamus rujukan berbahasa Indonesia. Pada KBBI edisi luring (offline) dan daring (online) saya tersua kata ‘seronok’ dengan arti yang sangat bertentangan dengan asosiasi di atas. Menurut KBBI tersebut, ‘seronok’ dimaknai sebagai ‘menyenangkan hati, ‘sedap dilihat (didengar dsb)’, dengan contoh kalimat: “di dunia keronggengan ini suara pesinden itu sama-sama seronok dan menarik hati”.
Menyimak uraian menurut KBBI terlihat bahwa kata ‘seronok’ bermakna positif, yaitu menyenangkan dan ini menekankan pada suasana batin, bukan pada perbuatan. Oleh karenanya, bolehlah kita membuat kalimat seperti ini: “aduh, seronoknya seusai menyelesaikan ujian tulis kualifikasi doktor! Lepas sudah salah satu beban”. Di sini tergambar keriangan hati (suasana hati, bukan sikap) setelah selesai mengikuti ujian kualifikasi karena salah satu beban hidupnya berkurang.
Tetapi mari kita simak di google translate. Ketiklah kata ‘seronok” bahasa Indonesia dan cari terjemahannya ke dalam bahasa Inggris, maka kita menjumpai kata nudity. Lalu ketik kata ‘seronok’ bahasa Malay dan klik terjemahannya maka kita mendapati kata ‘enjoy’.
Memang dalam bahasa asalnya, Melayu, ‘seronok’ bermakna menyenangkan hati. Namun sekarang kebanyakan orang Indonesia memaknai pada aspek sikap, tindakan, dan perilaku yang tidak pantas, tidak sopan, dan sejenisnya. Lalu, bagaimana dengan makna di KBBI? Apakah diganti saja pengertian di KBBI atau kita ganti pola pikir kita sehingga memaknai ‘seronok’ sama dengan kamus? Nah, tugas pakar bahasa Indonesia ini.[]
(Ditulis dalam rangka menghormati bulan Bahasa, Oktober).
Bogor, 1 Oktober 2015
Like this:
Like Loading...